Friday, December 14, 2012

Facebook Dan Twitter Bikin Penggunanya Makin Galau


Galau
Istilah ‘galau’ saat ini menjadi istilah yang paling populer dikalangan remaja, namun tahukah Anda bahwa ternyata jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter membuat penggunanya semakin galau?
Sebuah survei yang dilakukan dikalangan pengguna teknologi menemukan bahwa lebih dari setengah dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa situs jejaring sosial mengubah perilaku mereka menjadi lebih buruk.
Seperti yang dikutip dari Telegraph, paling sering terjadi adalah jatuhnya kepercayaan diri setelah membandingkan prestasi yang dicapai dengan prestasi yang dicapai teman-teman online-nya, sehingga membuat pengguna menjadi merasa cemas, dan galau.
Lebih dari 53% responden yang berpartisipasi mengatakan bahwa munculnya situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter ini telah mengubah perilaku mereka, 51% mengatakan dampak yang ditimbulkan situs jejaring sosial adalah dampak negatif.
Penelitian ini juga menunjukan kekuatan internet yang adiktif dan membuat 55% responden merasa galau, tidak nyaman dan cemas ketika mereka tidak dapat mengakses akun Facebook atau email mereka.
Hasil survei ini juga menunjukan bahwa lebihdari setengah responden mengatakan bahwa mereka merasa galau dan tidak bisa rileks saat tidur setelah membuka siitus jejaring sosial sebelum tidur.
“Saya pikir salah satu hal utama adalah bahwa orang mulai bersikap seolah-olah teknologi memegang kendali atas diri mereka dan bukan sebaliknya. Kita yang seharusnya mengedalikan teknologi, kita juga harus dapat mematikan gadget yang kini telah banyak dari kita yang telah lupa bagaimana caranya,” kata Dr. Linda Blair, Psikilogi Klinis.
Dr. Linda Blair juga menambahkan banyak orang yang menderita kecemasan atau yang populer disebut kegalauan karena mereka gagal mengambil alih tuntutan yang diarahkan pada mereka serta ketidakmampuan untuk mengabaikan perangkat smartphone atau komputer mereka.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anada merasa semakin galau setelah membuka situs jejaring sosial?

sumber: http://sidomi.com/110072/facebook-dan-twitter-bikin-penggunanya-makin-galau/

Google+ Kalahkan Facebook Soal Kepuasan Pengguna

Google+ Facebook


Meski dari segi jumlah pengguna Google+ kalah telak dengan Facebook, namun jejaring sosial besutan Google ini telah berhasil mengalahkan Facebook dari segi kepuasan pengguna.
Sebuah indeks peringkat kepuasan pengguna terhadap layanan sosial media menempatkan jejaring sosial Google+ di urutan atas serta berhasil membukukan angka 78 dari 100 poin, skor yang sama juga diraih dengan situs ensiklopedia online, Wikipedia.
Seperti yang dikutip dari CNET kemarin (17/07/2012), Facebook hanya mampu membukukan angka 61 dari 100 poin, angka kepuasan Facebook ini menurun 7,6% dari tahun lalu yang mempu membukukan skor kepuasan pengguna 66 dari 100 poin.
Indeks peringkat kepuasan layanan sosial media yang didalamnya melibatkan situs-situs sosial media populer seperti Google+, Facebook, YouTube, Pinterest, LinkedIn dan beberapa lainnya ini dirilis oleh ACSI (American Customer Satisfaction Index).
Peringkat ini dirilis berdasarkan berbagai kelebihan dan kekurangan masing-masing serta keluhan dari pengguna. Berdasarkan laporan tersebut, Google+ lebih unggul karena tidak memiliki iklan tradisonal seperti yang ada di Facebook, iklan ini dinilai mengganggu bagi sebagian pengguna.

Google+ juga dinilai memberikan pengalaman mobile serta perlindungan privasi data yang lebih baik, sebaliknya pengguna Facebook mengeluhkan masalah iklan, privasi data hingga tampilan antarmuka yang sering berubah serta fitur baru yang kontroversial, Timeline.
“Facebook dan Google+ bersaing di dua front yang kritis. Pengalaman pengguna serta penetrasi ke pasar merupakan salah satu keunggulan Google+ meski saat ini Facebook masih memenangkan peperangan,” kata Larry Freed, presiden dan CEO ForeSee.
Situs sosial media lain juga mencetak angka kepuasan pengguna yang lebih tinggi dari Facebook antara lain LinkedIn, Pinterest dan Twitter. Ketiga situs sosial media ini juga mempu mengalahkan Facebook soal kepuasan pengguna.
Tampaknya jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg ini harus memperbaiki diri agar lebih diterima dan memuaskan pengguna.

sumber: http://sidomi.com/112300/google-kalahkan-facebook-soal-kepuasan-pengguna/

7 “Dosa” Dalam Berinteraksi Di Sosial Media



Sama seperti bersosialisasi di dunia nyata, berinteraksi di sosial media pun ada etika nya. Mungkin Anda tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang perlu untuk ditaati, atau bahkan untuk sekedar diperhatikan. Akan tetapi, jika Anda melanggarnya, selalu ada sanksi sosial yang akan Anda hadapi nantinya.
Mulai dari “dikucilkan” dari komunitas dalam keanggotaan jejaring sosial Anda, atau bahkan yang lebih ekstrim, Anda harus berurusan dengan kepolisian jika sampai melanggar UU ITE.
Akan tetapi kali ini, penulis tidak akan membahasnya jauh sampai ke ranah hukum. Hanya menyebutkan beberapa “dosa” yang cukup mengganggu, yang biasanya tanpa sadar mungkin pernah Anda lakukan selama berinteraksi di sosial media. Berikut daftarnya seperti yang dikutip dari Socialmediatoday:
1. “Menyampah”
Apakah Anda sering kali mengupdate status Anda? Dan apakah wall atau stream Anda dipenuhi dengan link, foto atau check in Foursquare terbaru Anda? Sebenarnya semua itu menunjukkan tanda bahwa Anda kecanduan sosial media. Akan tetapi yang lebih penting lagi, sama halnya dengan Anda, jika Anda pernah merasa sebal ketika “kebanjiran” kiriman status ataupun link dari beberapa teman pada wall Anda, maka hal yang sama pun akan dirasakan teman Anda yang mendapat “banjir kiriman” serupa dari Anda.
Padahal jika Anda perhatikan, mungkin banyak diantaranya tidak terlalu penting. Bahkan banyak pengguna sosial media yang saling memberi julukan “menyampah” jika memberikan komentar-komentar yang tidak terlalu penting, atau bahkan terkadang mengada-ada.
2. Mengabaikan
Jika memonopoli news feed merupakan “dosa”, sebaliknya, jika Anda mengabaikan wall pun juga bisa dikatakan “dosa”. Jika Anda terbiasa pasif, jarang atau hampir tidak pernah berinteraksi dengan mengupdate status, memberikan “like” atau komentar, komunitas Anda di jejaring sosial tidak akan mengetahui keberadaan Anda. Maka Anda pun akan terkucilkan dengan sendirinya.
3. Mencoba mencari perhatian
Ada banyak hal menarik di dunia maya. Jika Anda ingin eksis di jejaring sosial, bukan berarti Anda harus berbagi video lucu dari YouTube terus menerus, atau topik heboh lainnya tanpa henti. Sekali dua kali akan menyenangkan. Akan tetapi, jika terus menerus, hal ini akan sangat membosankan. Jadilah diri Anda sendiri. Jika Anda menyukai musik, sesekali berbagilah lagu kesenangan Anda atau video konser bintang favorit Anda. Komunitas Anda akan lebih menyukai Anda apa adanya.
4. Tidak bertanggungjawab
Jika Anda telah memposting status, berbagi link atau apapun, pastikan Anda tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sangat mudah untuk memposting sesuatu di wall, dan hanya duduk manis dibelakang layar komputer Anda, sambil membiarkan jejaring sosial yang melakukan pekerjaannya. Banyak teman Anda yang mengharapkan interaksi dua arah dengan Anda mengenai posting maupun link yang Anda share.
5. Tidak konsisten
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, Anda harus konsisten dengan posting yang sudah Anda share dengan teman-teman Anda. Jika ada yang berkomentar, balaslah dengan semestinya, beri apresiasi terhadap perhatiannya. Semakin Anda mengapresiasi setiap komentar yang ada, dan memancingnya untuk masuk ke topik yang lebih luas, semakin menyenangkan interaksi yang akan terjadi diantara kalian. Dan pada akhirnya, semakin besar respek yang akan Anda terima dari teman-teman Anda.
6. Menutup koneksi
Beri kesempatan kepada teman-teman Anda untuk bisa berinteraksi pada beberapa jejaring sosial sekaligus. Jangan hanya terpaku pada satu jejaring sosial saja. Karena ada kalanya beberapa diantara teman Anda lebih menyukai untuk menggunakan satu situs jejaring sosial tertentu dibanding yang lain. Dan Anda sebaiknya mempermudah akses mereka untuk dapat bersosialisasi dengan Anda dari berbagai arah.
7. Berorientasi pada kuantitas
Interaksi sosial bukanlah tentang kuantitas, akan tetapi juga kualitasnya. Jika Anda memberikan posting atau berbagi link dengan teman di wall Anda, janganlan Anda terpaku pada banyaknya “like”, atau komentar yang akan Anda terima. Walaupun mungkin Anda terinspirasi dengan 50 juta like sehari yang ada di Facebook. Akan tetapi kualitas interaksi yang akan timbul itulah yang sebaiknya Anda harapkan. Karena dengan begitu, fungsi sosial media sebagai media berinteraksi baru dapat terpenuhi dengan sebenar-benarnya.
Apakah Anda pernah melakukan salah satu atau bahkan beberapa dari 7 “dosa” diatas?

sumber: http://sidomi.com/13114/7-%E2%80%9Cdosa%E2%80%9D-dalam-berinteraksi-di-sosial-media/

Karyawan Kantor Pusat Twitter Mengaku Bermoral Rendah





Eits.. jangan buru-buru berfikir jauh. Bermoral rendah disini adalah dalam artian, memiliki semangat kerja yang lemah atau rendah.
Inilah indikasi yang didapat dari sebuah studi seperti yang dilaporkan BusinessReviewEurope. Tampaknya banyak tekanan yang sedang dialami oleh karyawan Twitter, karena mereka tidak dapat meluncurkan fitur-fitur yang banyak dan beragam seperti yang sekarang dilakukan Facebook.
Hal inilah yang membuat karyawan kehilangan semangat atau istilah yang mereka gunakan, bermoral rendah.
Selain itu juga, dari sisi manajemen, menurut Joe Hagan dari New York Magazine, sebuah analisis menunjukkan bahwa perusahaan memberikan tekanan yang cukup besar kepada karyawan, agar Twitter dapat menjadi lebih profitable atau memberikan keuntungan lebih besar.
Twitter saat ini dinilai lebih dari US$5 milyar. Akan tetapi seorang pakar online menyatakan bahwa, Twitter masih berada dalam fase “menemukan jati diri”. Twitter masih merasa tidak yakin jika ditanya apa sebenarnya produk utama yang mereka tawarkan ke publik.
Walaupun beberapa waktu lalu seperti yang diberitakan Sidomi New dikatakan bahwa rata-rata gaji karyawan Twitter menduduki peringkat tertinggi dibanding rata-rata gaji perusahaan lain sejenis, tampaknya lingkungan kerja mereka tidak begitu mendukungnya.
Akan tetapi itulah hidup. Anda mau menerima gaji besar, Anda harus berani mengambil resiko pekerjaannya. Benar tidak?

sumber: http://sidomi.com/24589/karyawan-kantor-pusat-twitter-mengaku-bermoral-rendah/

Pekerjaan Di Bidang Sosial Media Kian Marak




Pernah membayangkan, tiap hari pekerjaan Anda cukup duduk didepan computer, bermain Facebook dan Twitter sepanjang hari, dan Anda tetap dibayar untuk itu? Dan kerennya lagi, Anda bahkan memiliki jabatan dengan job description seperti itu?
Social media manager namanya. Ya! Itulah jabatan atau pekerjaan yang sedang populer banyak di cari perusahaan-perusahaan besar, atau perusahaan yang banyak mengandalkan konsumennya dari jejaring internet akhir-akhir ini.
Anda akan menemukannya dengan nama atau istilah bermacam-macam, tergantung perusahaannya. Ada yang menyebutnya social media wizard, social media ninja, social media diva atau cukup dengan istilah online communities manager saja.
Apapun pekerjaannya, definisinya akan sama saja, yaitu ahli marketing sebuah nama perusahaan, dan membuat jaringannya di situs-situs jejaring sosial populer seperti Facebook dan Twitter, serta forum-forum online khusus lainnya.
Jika Anda merasa memiliki kompetensi tersebut, jangan ragu untuk mulai mempertimbangkan posisi tersebut sebagai salah satu target pencarian pekerjaan Anda.
Belum diketahui dengan pasti berapa banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mulai membutuhkan seorang sosial media manager. Akan tetapi seperti yang disebutkan oleh Kathy O’Reilly, Director of Social Media Relations untuk situs pencari pekerjaan Monster, seperti yang dikutip dari KansasCity, “Ada kalanya pada waktu-waktu tertentu, kita dapat melihat ratusan lowongan pekerjaan di bidang sosial media yang di posting (di situs ini)”.
Bahkan lebih lanjut Reilly menyatakan bahwa, terdapat kenaikan sebesar 75% terhadap posting lowongan pekerjaan yang berhubungan dengan sosial media setahun belakangan ini.
Sebagai informasi tambahan, di Amerika Serikat, menurut situs pencari pekerjaan Simply Hired, rata-rata gaji awal untuk pekerjaan di bidang sosial media adalah sekitar US$55.000. Wow!
Jadi jangan anggap remeh pekerjaan di bidang sosial media. Bahkan, mulai saat ini, Anda lebih baik mencari-cari informasi tentang lowongan pekerjaan ini di perusahaan-perusahaan Indonesia.
Sudah banyak perusahaan di Indonesia yang memanfaatkan Facebook dan Twitter untuk sarana promosi mereka. Tentu sosok seorang social media manager tidak lama lagi akan menjadi kebutuhan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Akan tetapi, bagaimanapun juga, apapun jenis pekerjaan Anda, selalu ada target dan tuntutan yang diminta oleh perusahaan. Jangan sampai deskripsi pekerjaan yang tampaknya terlihat santai, membuat Anda berleha-leha hingga akhirnya justru tidak memenuhi target.
Nah, bagi Anda yang berminat, bersiap-siaplah membangun kompetensi Anda di bidang ini.

sumber: http://sidomi.com/24597/pekerjaan-di-bidang-sosial-media-kian-marak/

Yang Anda Perlu Tahu Tentang F-Commerce (Berjualan Melalui Facebook)


facebook-commerce

Mungkin Anda sudah familier dengan istilah e-Commerce, yaitu kegiatan jual beli secara elektronik, dalam hal ini melalui internet. Akan tetapi sudah kenalkah Anda dengan istilah baru ini, F-Commerce?
Jika berhubungan dengan media sosial, mungkin Anda sudah bisa menebak-nebak apa F-Commerce itu. Ya, Facebook Commerce. Istilah ini digaungkan oleh Zuckerberg, sebagai pendiri situs media sosial dengan pengguna terbesar saat ini.
Tidak salah lagi, ada era baru dalam dunia perdagangan yang memanfaatkan media sosial sebagai perantaranya. Mirip seperti online shopping, seperti yang kita kenal pada e-Commerce, akan tetapi kali ini media sosial atau lebih khususnya Facebook sebagai tempatnya. Pasti sudah bukan barang baru lagi untuk Anda bukan?
Cek wall Anda akhir-akhir ini, bagi sebagian besar pengguna Saya yakin isinya lebih dari 50% promo produk saja. Fasilitas yang mudah, murah dan masal ini dengan sangat cerdiknya dimanfaatkan oleh para entrepreneur di Indonesia, bukan hanya di luar negeri saja.  Dan perdagangan dengan media ini memang berpengaruh besar terhadap pendapatan pelaku bisnisnya.
Seperti data statistik yang dilaporkan oleh Social Media Influence baru-baru ini yang dikutip dari socialtimes.com, ada beberapa fakta menarik yang bisa kita ketahui, antara lain:
  • Toko Facebook Lady Gaga merupakan toko online yang paling disukai di Facebook. Sebanyak 40.485.186 “jempol” telah diberikan untuk akun ini. Toko ini menjual barang-barang dagangan mulai dari CD hingga USB bermotif animasi.
  • 67% pembeli menghabiskan waktunya untuk online lebih lama setelah mendapatkan referensi produk dari teman online mereka.
  • 56% pengguna Facebook meng-klik link yang mengarahkan mereka ke akun penjual setelah mereka melihat iklannya di posting Facebook.
Apakah Anda termasuk yang 56% itu? Menyenangkan bukan bisa melakukan window shopping hanya di depan komputer saja, tanpa harus keluar rumah. Beberapa kemudahan inilah salah satu hal yang membuat banyak calon pembeli potensial ikut meramaikan f-Commerce ini.
Peluang yang menjanjikan untuk sebuah usaha, bukan? Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk ikut-ikutan berbisnis via Facebook, informasi ini bisa membantu Anda untuk menjalankan impian Anda. Seperti kata Zuckerberg, “Jika aku harus menebak, perdagangan via media sosial (social commerce) yang akan meledak !”. Anda percaya? Silahkan mencoba!

sumber: http://sidomi.com/9825/f-commerce/

4 Item untuk Maksimalkan Fungsi Sosial Media Anda




Sudah saatnya Anda memanfaatkan sosial media untuk lebih dari sekedar berbagi kabar berita dengan teman-teman Anda. Bagi Anda yang memiliki jiwa entrepreneur, bisa mulai berbisnis di jejaring sosial. Anda yang gemar menulis di blog pribadi atau mengorganisir web untuk kepentingan apapun, juga bisa memanfaatkan sosial media ini seefektif mungkin.
Berikut beberapa item yang dapat Anda pakai untuk dapat semaksimal mungkin memberdayakan sosial media bagi web atau blog Anda, seperti yang dikutip dari dreamgrow.com:

  • Tombol sharing 
Tombol sharing sudah merupakan item yang wajib ada di setiap halaman web atau blog. Jika web atau blog Anda belum memilikinya, Anda lebih baik segera menambahkannya. Tombol-tombol tersebut memungkinkan pembaca untuk membagi konten halaman web Anda kepada teman-teman dalam akun jejaring sosialnya.
Tanpa Anda sadari, web atau blog Anda sangat mungkin sudah dibaca oleh lebih banyak orang dari yang Anda kira. Jika konten web atau blog Anda bernada bisnis, bukan tidak mungkin peluang Anda cukup besar untuk segera mendapatkan pelanggan dan meraup keuntungan.
  • YouTube
Cobalah unggah sebuah video melalui YouTube tentang apa yang Anda tawarkan, dan buatlah link menuju website Anda. Sebuah cara yang cukup unik jika Anda menawarkan sebuah produk. Lebih banyak target yang bisa Anda tuju mengingat media ini pangsa pasarnya di Indonesia sangat banyak. Dan Anda pun sudah selangkah lebih maju karena bisa memanfaatkan YouTube untuk fungsi yang lebih dari sekedar meng-upload moment pribadi Anda lagi, seperti melakukan lip sync sebuah lagu misalnya.


  • Demografi

Pastikan konten web atau blog Anda akan digemari kelompok umum yang jumlahnya pasti lebih besar dibandingkan jika Anda menarget kelompok tertentu. Misalnya saja, web atau blog tentang review musik akan lebih banyak penggemarnya dibandingkan jika Anda menampilkan konten tentang konstruksi kapal laut. Karena hal ini pasti juga berpengaruh pada lamanya waktu Anda melakukan pengerjaan website Anda. Jika ternyata hasil traffic nya tidak sebanding dengan waktu yang Anda habiskan untuk membuatnya, sia-sia saja kan pekerjaan Anda?

  • Dokumentasi
Pastikan Anda menyimpan atau setidaknya mempelajari efek yang mungkin timbul sebagai feedback dari web atau blog yang Anda publish. Beberapa platform website memiliki tool untuk dapat melacak jumlah dan lokasi pengunjung web atau blok Anda. Sebagian bahkan dapat menampilkannya dalam metrik yang canggih.
Atau sebagai tambahan, Anda dapat mengumpulkan data informasi feedback dari pengunjung Anda dengan sebuah kuesioner maupun survey. Bagi pengunjung yang memang sering datang ke dan familier dengan web atau blog Anda, mereka akan dengan senang hati mengisinya. Dan Anda dapat menentukan langkah selanjutnya dari feedback tersebut.
Nah, semoga tips diatas dapat membantu Anda membangun web dan blog yang sophisticated. Selamat mencoba!

sumber: http://sidomi.com/11477/4-item-untuk-maksimalkan-fungsi-sosial-media-anda/

Sejarah Sosial Media [INFOGRAFIK]



Bagi Anda yang belum mengetahui dan penasaran ingin tahu sejarah Sosial Media di dunia maya, berikut infografik menarik seperti yang dirilis oleh Morrison & Foerster seperti yang dikutip dari AllTwitter.
Anda dapat menemukan data menarik tentang kelahiran jejaring sosial favorit Anda, kapan sebuah sosial media mulai menanjak ratingnya, hingga fakta-fakta menarik yang Anda mungkin belum ketahui tentang sosial media.
Mulai dari jejaring sosial Friendster yang kini hampir tidak terdengar kiprahnya lagi, dan tentu saja Google+, jejaring sosial terbaru besutan Google. Berikut adalah infografiknya:


Apakah ada yang Anda lewatkan?

sumber: http://sidomi.com/14910/sejarah-sosial-media-infografik/

Informasi Yang Dipelajari Perusahaan Dari Akun Sosial Media Anda




Jumlah perusahaan yang memantau akun sosial media pegawainya menunjukkan statistik yang mencengangkan. Sebanyak 44% perusahaan memiliki kebijakan untuk melakukan intervensi tersebut, seperti yang diberitakan Sidomi News beberapa waktu lalu.
Sebenarnya informasi apa saja yang dapat dipelajari oleh perusahaan ketika memantau akun sosial media kita? Berikut beberapa hal positif dan negatif yang bisa diketahui perusahaan dari akun kita di situs jejaring sosial, seperti yang dikutip dari MindFlash:
Positif:
  1. Citra yang baik dari kepribadian Anda
  2. Kebenaran tentang kualifikasi profesional Anda
  3. Kreatifitas Anda
  4. Kemampuan komunikasi Anda
  5. Kemudahan Anda bergaul
  6. Referensi yang baik dari orang-orang yang benar-benar mengenal Anda
  7. Penghargaan yang Anda terima
Negatif:
  1. Foto atau informasi Anda yang provokatif atau tidak pantas
  2. Konten yang berisi tentang penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang
  3. Pendapat yang buruk tentang pekerjaan Anda yang lalu, teman kerja atau klien Anda
  4. Buruknya kemampuan komunikasi Anda
  5. Komentar-komentar Anda yang diskriminatif
  6. Berbohong tentang kualifikasi Anda
  7. Informasi penting tentang perusahaan pemberi kerja terakhir Anda
Nah, setelah Anda mengetahui informasi-informasi penting yang sangat mungkin perusahaan nilai dari akun sosial media Anda, jika Anda ingin terlihat profesional dimata perusahaan, sekarang Anda dapat bertindak yang lebih bijak lagi, bukan?

sumber: http://sidomi.com/14962/informasi-yang-dipelajari-perusahaan-dari-akun-sosial-media-anda/

Peran Apakah Yang Anda Mainkan Dalam Sosial Media?



Setujukah Anda jika menyamakan sosial media dengan kehidupan SMA? Setiap siswa tampaknya mencoba mencari jati diri, dan sebagian mengganggap mereka harus berjuang dan sukses menjadi populer di sekolah.
Akan tetapi tiap siswa memainkan perannya masing-masing saat itu. Masih ingatkah apa peran Anda? Si pendiam, si populer atau mungkin si aneh di sekolah?
Dalam sosial media pun tampaknya terjadi hal yang sama. Apakah Anda pernah merasakan kegundahan “tidak ada yang memberi like” di Facebook? Tidak ada ReTweet di Twitter Anda? Atau mungkin Anda penasaran bagaimana teman Anda bisa mendapat 35.000 friends atau follower, sedangkan Anda tidak? Jadi intinya tetap saja bagaimana menjadi populer, bukan?
SocialMediaToday mengkategorikan beberapa kelompok dalam sosial media, dengan metafora kehidupan SMA. Temukan peran Anda disalah satunya:

The Cool Kids
Para pelaku sosial media ini adalah mereka yang bertindak seakan-akan tidak perlu teman atau bahkan sampai mencari-cari teman, tapi toh mereka mendapatkannya juga. Tapi itulah sebenarnya rahasianya. Mereka hanya perlu berakting bahwa mereka tidak berusaha mencari teman. Biasanya mereka hanya memposting informasi pribadi atau foto-foto saat mereka ada di restoran mewah, melakukan skydiving atau sesuatu yang menakjubkan lainnya.

The Cheerleaders
Pelaku sosial media ini biasanya memposting sesuatu dengan tambahan kata-kata penyemangat seperti “Ayo! Kita bisa!”, atau “Jangan lewatkan!”. Mereka membantu pembaca posting mereka agar  merasa seperti diperhatikan. Padahal tujuan utamanya adalah agar pembaca juga memperhatikan mereka.

The Wasteoids
Pelaku sosial media ini biasanya orang-orang yang menganggap diri mereka eksklusif. Dan mereka sering mengalamatkan posting mereka kepada anggota-anggota eksklusif mereka (padahal semua teman yang lain juga bisa membacanya). Mereka terkesan misterius, sehingga cukup banyak yang penasaran dan mencoba untuk bisa berhubungan dengan mereka.

The Nerds
Kali ini adalah pelaku sosial media yang sering membuat kita bingung dengan pembicaraan teknologinya. Mereka sering memposting artikel atau segala sesuatu yang tidak kita pahami, seperti masalah distribusi web server, teknik pengembangan open source atau yang lainnya. Nah begitu mereka memposting sesuatu yang kita mengerti, kita berebut untuk mengomentarinya seakan menunjukkan kita juga melek teknologi.

The Outcasts
Pelaku sosial media ini menggapai pengikutnya dengan menyentuh perasaan mereka yang merasa sama-sama “terbuangnya”. Biasanya posting mereka menyebutkan kalimat bernada “Jika Anda pernah mengalami hal buruk ini ……, maka Anda sama seperti saya”. Mereka menggunakan kebutuhan kita untuk bisa berbagi penderitaan dan akhirnya ada teman berbicara yang cocok.

Nah, apakah ada yang sesuai dengan peran yang Anda mainkan saat ini di sosial media? Atau mungkin Anda punya kategori sendiri selain dari daftar diatas? Bagaimanapun juga, sosialisasi di kehidupan nyata akan lebih berarti dan bermanfaat jika dibandingkan melalui sosial media. Jadi, bertindaklah bijaksana.

sumber: http://sidomi.com/15358/peran-apakah-yang-anda-mainkan-dalam-sosial-media/

Pertumbuhan Sosial Media [Infografik]


Pernahkah Anda membayangkan sepuluh tahun yang lalu dimana sosial media belum menjadi bagian penting dari hidup kita? Bahkan pada saat itu Facebook dan Twitter pun belum lagi eksis.
Sekedar pengingat akan sejarah sosial media, infografik kali ini akan mengingatkan kita betapa dahsyatnya perkembangan sosial media yang kini tampaknya sudah sangat sulit bahkan untuk dilepaskan dari interaksi kehidupan nyata kita sehari-hari.
Beberapa informasi yang cukup menarik akan Anda dapatkan dari infografik berikut. Seperti yang dikutip dari AllTwitter, infografik yang dirilis oleh Search Engine Journal menggaris bawahi tentang:
-          Perkembangan Twitter yang luar biasa dalam periode waktu tahun 2008-2011
-          Keanggotaan Facebook sebanyak 63,46% dari keseluruhan penggunaan sosial media di dunia. Bahkan jika Facebook dianalogikan sebagai suatu negara, ia akan menempati urutan ke 3 dari negara-negara terbesar didunia. Lebih detail lagi, pengguna Facebook banyaknya setara dengan 2 kali jumlah warga negara Amerika Serikat.
-          1 dari 4 warga Amerika setidaknya melihat sebuah video YouTube setiap hari.
-          Prosentase pencarian pegawai untuk kandidat pekerjaan potensial di jejaring sosial adalah sebanyak 53%.
Meskipun cukup menarik, akan tetapi ada satu-dua hal yang dirasa kurang akurat, yaitu seperti sebanyak 180 juta tweet baru muncul setiap hari, dan anggota Twitter yang melonjak sebanyak 200 juta (bukan 95 juta seperti yang tertera pada grafik tersebut). Namun diluar itu semua, infografik ini cukup cantik menggambarkan data-datanya. Berikut selengkapnya:


sumber: http://sidomi.com/17445/pertumbuhan-sosial-media-infografik/

Facebook, Twitter Atau Google Plus? Tentukan Pilihan Anda! [Infografik]




Sebuah infografik yang dirilis oleh Column Five, seperti yang dikutip dari Buzzom ini terbilang cukup unik dan kreatif. Selain sebagai suatu wacana yang menyegarkan, infografik yang berupa flowchart atau diagram alur ini bisa Anda manfaatkan untuk memperkuat alasan Anda menggunakan salah satu jejaring sosial berikut sebagai sosial media utama Anda.
“Apakah mendapatkan berita (gempa bumi, revolusi, dll) 4,5 menit sebelum CNN penting bagi Anda?”
“Apakah 140 karakter cukup untuk Anda?”
“Apakah mayoritas teman dan keluarga Anda memiliki akun Gmail?”
“Apakah menurut Anda Facebook tidak keren lagi?”
Masih banyak beberapa pertanyaan yang jawaban dari Anda akan mengarah pada pemanfaatan jejaring sosial yang paling tepat bagi Anda.
Silahkan ikuti alurnya, dan temukan kesimpulan akhirnya! Selamat mencoba!


sumber: http://sidomi.com/17447/facebook-twitter-atau-google-plus-tentukan-pilihan-anda-infografik/

Inilah Data Usia Pengguna Aktif Sosial Media [Infografik]


Jika Anda berfikir hanya anak-anak muda yang aktif menggunakan jejaring sosial, Anda harus mempertimbangkan data ini.
Infografik yang dirilis oleh Community 102 ini menyebutkan bahwa, secara umum, pengguna pada golong usia  35-44 tahun (25%) adalah yang paling aktif menggunakan beberapa situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya.
Pengguna pada golongan usia 25-34 tahun, masih menurut infografik tersebut, hanya sebanyak 18%. Sedangkan, pengguna yang berusia 18-24 tahun tercatat hanya sebesar 9%. Jadi, jejaring sosial jelas sekali bukan hanya milik pelajar dan mahasiswa, kan!
Dalam data ini juga disebutkan, sebanyak 29% pengguna mengaku bahwa mereka mengakses situs jejaring sosial lebih dari sekali hanya dalam sehari saja. Tampaknya, tanda-tanda ketergantungan pada sosial media sudah tampak sedemikian jelas dari data ini.
Secara lengkap, berikut infografiknya:



sumber: http://sidomi.com/18408/inilah-data-usia-pengguna-aktif-sosial-media-infografik/

Perusahaan Masih Enggan Berinvestasi di Media Sosial, Mengapa?

Bisnis sosial media


Berdasarkan hasil survei, perusahaan tradisional  masih enggan berinvestasi atau memodali perusahaan media sosial. Berdasarkan hasil survei, perusahaan tradisional tersebut masih mengabaikan investasi di bidang media sosial.
Sebuah survei Stanford Rock Center for Corporate Governance, Center for Leadership Development and Research di Stanford Graduate School of Business mengatakan bahwa kurang dari sepertiga perusahaan saat ini yang menggunakan media sosial untuk keperluan bisnis.
Survei ini melibatkan 180 eksekutif senior dan direktur perusahaan-perusahaan publik dan swasta untuk mengetahui penda[at mereka mengenai keberadaan media sosial yang kini populer.
“Perusahaan menghargai potensi bahwa media sosial memiliki kemampuan untuk mengubah semua aspek bisnis mereka. Mereka juga menyadari ancaman serius yang dapat ditimbulkan. Mereka hanya tidak banyak melakukan tentang hal itu (media sosial),” kata Profesor David F. Larcker dari Stanford Graduate School of Business.
Hasil survei ini menyebutkan bahwa 90 persen responden mengaku memahami bahwa media sosial memiliki kemampuan untuk mengubah bisnis mereka. 32 persen mengaku memonitor media sosial hanya untuk mendeteksi risiko terhadap usaha mereka dan hanya 14 persen perusahaan yang menggunakan media sosial untuk mengukur kinerja perusahaan.
Sekitar lebih dari separuh dari jajaran manajer dan direksi perusahaan sama sekali tidak menerima laporan atau tidak mengumpulkan informasi dan metrik dari media sosial.
Sekitar 65 persen responden hanya menggunakan media sosial untuk kepentingan pribadi dan 63 persen untuk keperluan bisnis. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya jajaran eksekutif perusahaan telah akrab dengan media sosial.
59 persen perusahaan menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan pelanggan, 49 persen perusahaan menggunakan media sosial hanya untuk iklan dan 35 persen perusahaan menggunakan media sosial untuk penelitian.
Spereti yang dilansir dari Venture Beat (28/10/2012), media sosial sampai saat ini memang belum menjadi fokus utama kalangan pebisnis, namun perlahan-lahan, media sosial telah mulai digunakan untuk kepentingan bisnis, lalu bagaimana dengan perusahaan Anda?

sumber: http://sidomi.com/138943/perusahaan-masih-enggan-berinvestasi-di-media-sosial-mengapa/

Wednesday, December 12, 2012

A Primer on Full-Screen Living


The other day while I was visiting a friend, she offered her dog a bone. The dog wanted the bone, but didn’t want to drop the toy animal in his mouth to get the bone.
“Jack, you can’t have both at the same time,” my friend said.
Most of us are like Jack: we want more than one thing at once. We’re not willing to let go of one thing in order to do another.
We’re doing one work task while trying to stay on top of email, text messages and social media. We’re talking with a friend while seeing what we’re missing on Facebook and Instagram. We’re eating while planning. Making love while thinking about work.
Like Jack, we think can hold two things in our mouths at once, but actually that’s a fantasy. We can’t taste the food while thinking about what we need to do later. Our mouths may be moving and the food might be swallowed, but there’s no awareness of how the food tastes. Instead, we’re switching back and forth between the planning and the tasting, like a dog going back and forth between a bone and a toy, not content to do just one thing at a time.
I’d like to offer, as an alternative, full-screen living.
What’s full-screen living? It’s a life where we allow one thing to take up the entirety of our attention — going into full-screen mode, like a video on your computer — while allowing everything else to fade into the background.
Let’s take a look.

Full-Screen Computer Work

Many long-time readers know I prefer full-screen, distraction-free text editors like WriteRoomOmmWriter, or Q10. They fill up your screen so there are no distractions as you write — it’s just you and your text. No notifications, no other tabs open, no other programs showing, no clock or icons. I’m writing this post in WordPress’s full-screen editor, at the moment, as well as using Chrome’s Presentation mode (Cmd-Shift F), so that nothing is showing on the screen but these words I’m typing, not even the menubar.
But full-screen work on the computer doesn’t have to stop there. You can do almost anything in full-screen mode. I read articles and blog posts using the Instapaper service — it strips ads and all irrelevant page elements, and leaves only the text. I watch videos in full-screen mode — online videos on YouTube or Vimeo, or ones saved on my computer in iTunes. If I’m working in a browser tab, I’ll pull that tab out into a new window, so that it hides any other tabs that might be open. Or I’ll close all other tabs — save things I want to read later in Instapaper and close them, or make note on a to-do list of tasks I need to do that are represented by open tabs, and close the tabs.
When you bring whatever task you’re working on, or video you’re watching, or article you’re reading, into full-screen mode, everything else fades into the background. You just have the one task in front of you, the one thing to read or write, and you aren’t switching back and forth between bone and toy.
This means you can fully focus, can fully savor the article, can fully give your attention to your work. You do better when there’s only one thing in your mouth, or in your attention.

Full-Screen Living

That’s fine for computer work, but what about life in general? You can live exactly the same way.
If you’re going to spend time with your child, don’t switch between the child tab and the work tabs in the browser of your mind. Put your child into full-screen mode, and let him take up all your attention, and let work and everything else you need to do later fade into the background.
You’ll still get to the work, when you’re done with what you’re doing with your child, but for now, be fully in this one activity, with this one person. When you’re done with that, you can bring your work into full-screen mode, and let the rest of your life go into the background for the moment.
If you eat, let the food fill up the screen of your attention, not your thinking about other things. If you’re showering, let that fill your attention, instead of planning. When you’re brushing your teeth, let the “conversation” (read: argument) you had earlier fade away and just brush your teeth.
When you work, do one task at a time. And don’t just do one task at a time, but do that task with all your attention (or as much as possible), and don’t be thinking about the other tasks.

The Doing

Ah, easier said than done, right? How do you let other things go when you are doing one thing? How do you focus on your child, or your food, instead of your work?
It takes practice. As with anything, when you first start practicing, you won’t be great at it, but you’ll get better with practice. Start today.
A great practice is sitting meditation, where you do nothing but sit, and maybe just pay attention to your breath. That’s difficult, as our minds tend to throw thought after thought at us, but noticing those thoughts can be a useful practice that is carried into all other activities in our lives.
Beyond sitting, try mindful cleaning. What you learn in sitting and cleaning will be applicable in every other full-screen activity you do each day.
Full-screen living isn’t necessarily easier than one where you’re constantly switching between the tabs of your mind. It takes constant practice, and in fact that practice is every waking moment.
But if we realize we can’t have the bone and the toy in our mouth at the same time, then we realize that by giving up the toy, we’ll enjoy the bone so much more. It will be fully tasted, instead of stuffed into a mouth that can’t taste it.
Post written by Leo Babauta.

sumber: http://zenhabits.net/full-screen/

Cara Memproteksi Ide Bisnis

b2 Cara Memproteksi Ide Bisnis

   Pernahkah anda kedatangan sebuah ide bisnis yang cermerlang? Sering kali kita bingung bila ada ide bisnis yang memiliki prospek cerah namun tidak tahu harus mulai dari mana. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk merealisasikan ide tersebut. Lebih bingung lagi bila ternyata ada yang tertarik dengan ide itu dan mau ambil bagian dengan menawarkan anda partnership. Apa yang harus anda lakukan bila ternyata calon partner anda meminta jawaban secepatnya?
   “Jangan pernah tergesa-gesa dalam mengambil keputusan bisnis, terutama bila dituntut oleh calon partner yang anda tidak ketahui dengan jelas,” demikian tulis Norm Brodsky dalam laman Inc. Banyak orang membuat kesalahan dengan memutuskan sesuatu karena tergesa-gesa atau diburu-buru orang lain. Selalu pikirkan berbagai aspek yang mungkin terjadi akibat keputusan yang anda ambil.
   Kesalahan umum yang biasanya dilakukan seseorang saat pertama kali memiliki ide adalah menceritakan ide tersebut kepada orang yang salah. Ketika membutuhkan masukan atau dana tambahan, kita datang ke investor dengan menunjukkan atau menceritakan informasi penting mengenai produk yang akan diproduksi. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu kecuali anda tidak mengajukan surat perjanjian kerahasiaan atau copyrights. ide bisnis dan kerahasiaan bahan baku produk anda dapat diklaim sepihak dan anda akan gigit jari.
   Pastikan anda tidak menceritakan mengenai ide bisnis atau apapun yang terkait dengannya hingga orang yang anda ajak bicara menjamin kerahasiaannya. Anda tidak pernah tahu bahwa ide yang anda miliki dapat menjadi bisnis besar dengan omset miliaran. Jika anda yakin ide anda berharga, maka amankan sejak awal sebelum anda menyesal.
sumber: http://the-marketeers.com/archives/cara-memproteksi-ide-bisnis.html

Tuesday, December 11, 2012

Bagaimana Young Entrepreneur Me-Manage Karyawan


Pertengahan Oktober 2012, tim Startupbisnis sedang menghadari event Hackaton TechinAsia, setelah event tim kami dan beberapa rekan dari Hackerspace Bandung, Cacoo, Makemac, Wowrack dan Touchten ngumpul untuk unofficial afterparty kecil-kecilan. Tidak lupa kami juga menyempatkan diri bertemu beberapa follower startupbisnis di Bandung untuk kenalan dan mendengarkan masukan mereka untuk startupbisnis juga menanyakan apakah ada yang bisa dibantu.
Salah follower yang kami temui , merupakan young entreprneur yang masih sangat muda, kelas 3 SMA, menanyakan situasi yang menarik :
Karyawan di restoran kami yang usianya jauh lebih tua dari kami sering datang terlambat, sering meninggalkan pekerjaan di jam-jam ramai, apa yang harus kami lakukan?
Kebetulan di samping kami ada beberapa rekan yang bisa “diseret” untuk memberikan masukan. Berikut ini jawaban dari Rudy Setiawan, Global Business Development dari Wowrack.
Pertama kali, “listening” dulu sebelum memberikan teguran, tanya sebabnya apa ?  Kenapa ia begitu ? Dengarkan dulu pendapat dari sisinya dia. Belum tentu apa yang kita pikirkan tentang dia benar 100%.
Yang ke-dua, buat kesepakatan.
Membuat kesepakatan adalah hal yang biasa dilakukan ketika menerima karyawan baru dan diingatkan kembali saat ia melakukan pelanggaran. Kesepakatan yang dibuat adalah hal-hal seperti jam kerja, load kerja dan ketentuan-ketentuan detil lainnya yang dianggap penting.
Yang ke-tiga, beri batas peringatan 3x.
Kita menyampaikan pada karyawan bahwa setiap dia melakukan pelanggaran, apabila dirasa perlu kita akan memberikan peringatan dan apabila peringatan sudah sampai yang ke-3 berarti sudah saatnya ia mencari pengganti. Namun diusahakan ia tidak melakukan pelanggaran sampai 3x.
Di ruang itu, kebetulan juga ada Tyohan dari Hackerspace Bandung, yang memberikan saran kepada seorang entrepreneur muda di depan saya, kurang lebih seperti ini :
Lulus kuliah adalah hal yang penting untuk entrepreneur. Karena sebagai entrepreneur, akan penting untuk membangun partnership dengan pihak lain yang bonafit, sering kali calon partner kita saat ngobrol-ngobrol menanyakan “kamu kuliah di mana?” akan berbeda mimik wajahnya ketika kita menjawab “kuliah di ITB” dengan “kuliah di Universitas Maju Mundur” hal penting lainnya dari universitas adalah belajar bertanggung jawab dan membangun mindset sebagai seorang profesional entrepreneur.
Semoga bermanfaat untuk rekan-rekan.
Sumber: http://startupbisnis.com/bagaimana-young-entrepreneur-me-manage-karyawan/

Kalau Karyawan Saya Twitteran, Saya Biarkan? oleh @ArioAdimas


Editor’s note : Mohammad Ario Adimas adalah Digital Marketing Manager @MicrosoftID dan Director Communication and Community Development @IMAIndonesia.

Pertanyaan itu muncul ketika saya berkesempatan ngobrol dengan salah satu petinggi sebuah perusahaan. Beliau memang sudah cukup berumur, beliau aktif dari saat dimana Social media belum meledak seperti sekarang. Dan Wajar beliau berfikir bahwa perlu pemahaman betul untuk mengambil langkah di area ini.
Tanpa pemahaman yang mendalam, jelas semua orang berhak mengambil opini apa saja. Dari garis besar pemikiran sebagian orang, Twitter adalah area di mana sebagian besar orang berceloteh ke banyak arah. Berbicara tentang banyak tema. Apalagi berbagai riset berkata bahwa sebagian besar pengguna twitter adalah anak-anak muda yang langsung dikemas oleh beberapa orang sebagai kesimpulan bahwa mereka-mereka yang hadir disana bukanlah Pengambil Keputusan dalam sebagian besar hal.
Nah apalagi ketika melihat Karyawan yang pada dasarnya dipekerjakan, dibayar dan diharapkan betul memberikan kontribusi malah asyik terlihat Twitteran. Ini yang kerap dianggap beberapa pelaku bisnis sebagai masalah.
Jika diperhatikan betul, Sebuah perusahaan harusnya bisa mengambil manfaat dari hal ini. Karyawan adalah individu utama yang bisa dimaksimalkan sebuah perusahaan untuk menjadi duta produk perusahaan mereka. Tentunya bukan dalam bentuk perintah langsung, sebuah perusahaan harus bisa menciptakan iklim yang tepat. Mengkombinasikan antara Kecintaan Karyawan dalam aktivitas twit dengan kecintaan mereka terhadap produk perusahaan. Berikut beberapa langkahnya:
1. Pastikan Karyawan Bangga dengan Produk Anda.
Tentu untuk menciptakan suasana dimana mereka secara sukarela menjadi Duta produk anda di Timeline twitter, anda harus menciptakan kebanggaan mereka terhadap produk perusahaan. Bukan tidak mungkin anda harus menciptakan aktivitas internal yang bertujuan untuk menghadirkan betul rasa kekaguman mereka terhadap produk. Meyakinkan mereka bahwa mereka berkerja di perusahaan dengan produk luar biasa.
2. Pastikan Karyawan mengerti cara memaksimalkan Twitter dengan baik.
Terlepas dari poin pertama, untuk membentuk penggunaan Twitter yang baik dari karyawan, jangan ragu untuk menanam investasi untuk membekali Karyawan anda cara yang tepat dalam memaksimalkan penggunaan Twitter (atau Media Sosial lainnya). Dengan mereka mengetahui cara yang benar, mereka pada akhirnya dapat menjadi Individu yang berpengaruh di Media Sosial, dan ini menjadi kekuatan tersendiri ketika mereka menjadi Duta Produk anda di Timeline.
3. Memberikan Info detil untuk mereka Kabarkan.
Perusahaan kerap menghadirkan informasi detil kepada pihak luar, tanpa mereka memastikan bahwa apakah karyawan mereka memahami betul informasi produk mereka didalam. Memang mempelajari produk harusnya wajib untuk mereka, tetapi tidak ada salahnya anda menginformasikan kembali secara detil produk anda hingga poin-poin menarik yang membuat mereka merasa memiliki “Bahan” untuk Dikabarkan.
4. Fasilitasi Mereka
Seperti yang anda tahu, banyak perusahaan menutup akses media sosial di perangkat computer karyawan mereka. Sekali lagi ini keputusan anda, tetapi akan lebih bijak jika kita tidak Melarang penuh. Tapi lebih ke mengajarkan mereka untuk lebih bijak. Bahkan bukan kesalahan apabila sesekali justru anda menghadirkan sebuah kompetisi aktivitas media sosial agar mereka tergerak untuk aktif dan pada akhirnya dapat menjadi duta perusahaan di media sosial.
Memang pernah ada kata-kata bahwa suara satu konsumen lebih berarti dibanding ribuan kata-kata karyawan sebuah perusahaan yang sedang menceritakan produk perusahaannya. Tetapi dengan menghadirkan suasana di mana mereka menjadi duta dengan seluruh kebanggaan dalam diri mereka, sesungguhnya suara mereka memiliki nilai yang sama dengan Konsumen. Mereka sama-sama bercerita karena Mencintai.
sumber: http://startupbisnis.com/kalau-karyawan-saya-twitteran-saya-biarkan-oleh-arioadimas/?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+stasionstartupbisnis+%28Practical+Help+and+Advice+for+Startups+%7C+StartupBisnis.com%29

Studi Kasus Marketing Soda Jones: Low Budget High Impact


 
Exploit the power of customization
Run with the little guy… create some change
It doesn’t matter about soda. It matters about our consumers
The Jones Soda ingredient is YOU. Virtually everything about a Jones Soda, from labels to flavors, comes from customers. That’s important because “the reality is that consumers don’t need our sh*t
The beginning of this company was founded with the idea that this soda would be unique and one would be “special” to drink this soda.”
Soda Jones merupakan merk minuman botol bersoda. Perusahaan ini menggunakan budget marketing yang sangat minim namun dengan dampak yang besar.
Walaupun dengan budget yang sedikit namun dampak yang ditimbulkan sebanding dengan promosi  biaya besar yang dilakukan oleh perusahaan kompetitor.
Jones Soda membangun “advocacy network” di setiap region dan kampus untuk memilih rasa apa yang disukai oleh mereka, “Co-Creation”, “Participatory.”
Di bawah ini merupakan beberapa tips marketing yang bisa Anda pelajari dari Soda Jones.
1. Konsumen terlibat dalam desain label
“Dunia tidak membutuhkan minuman bersoda yang lain lagi.” Tetapi mereka membutuhkan sebuah brand yang bisa mereka kenal.
Dia membangun sebuah komunitas virtual dari fans yang berkumpul bersama di situs perusahaanuntuk chat, blog, mengikuti kontes, membagikan review film, dan mendownload software gratis.
Tidak seperti perusahaan kompetitor lain yang mempunyai budget yang besar, Soda Jones tidak mempunyai budget iklan dan marketing namun mereka berhasil membujuk konsumen mereka untuk mengirimkan foto mereka ke situs untuk dijadikan label botol merk mereka. Perusahaan yang berada di Seattle sekarang telah menerima foto dari satu juta orang  dan sebanyak 4372 foto sudah dijadikan label.
Konsumen mengoleksi label yang yang terus berubah dan saling bertukar label di chat, dan bahkan mereka bisa memiliki label Jones Soda yang khusus dibuat untuk mereka. Beberapa versi terbatas juga dijual di Ebay oleh para konsumen.
“Kami memungkinkan label tersebut diberikan kepada konsumen agar menimbulkan rasa memiliki antar konsumen. Itu juga yang menyebabkan hubungan emosi serta meningkatkan hubungan dengan mereka. Jones menjadi merk lifestyle konsumen dengan membagikan beberapa ciri khusus dari brand tersebut.
“Kompetitor kami menghabiskan satu milyar dolar per tahun. Kami tidak bisa melawan dengan cara yang sama.”
Ketika Anda tidak mempunyai budget marketing, Anda harus menerima kenyataan tersebut dan mencari cara lain misalnya dengan membangun hubungan emosional.
2. Tanyakan pada pelanggan dan hilangkan tim product development internal. Jangan jatuh cinta pada ide sendiri.
Van Stolk, founder Soda Jones, langsung menuju ke sumbernya untuk mengetahui kebutuhan konsumen, yaitu konsumen sendiri sebagai sumbernya dan konsumenlah yang mengambil keputusan akhir.
Dia sudah ingin menghilangkan rasa Blue Bubble Gum sejak 3 tahun yang lalu karena menurut Van Stolk, rasa Blue Bubble Gum tidak bisa diminum, tetapi ternyata banyak orang pecinta manis tetap menyukai minuman tersebut.
Bagaimanapun tetap saja konsumen bisa mempengaruhi setiap keputusan yang diambil.   “Saya percaya tim product development internal itu tidak berguna. Mereka hanya menyesuaikan apa yang Anda percayai dan membuatnya seolah – olah menjadi kenyataan” kata Van Stolk. “Kami berbicara dengan anak – anak di luar kantor tanpa agenda khusus dan yang jelas dan kami mendapatkan banyak input jadi percayalah Anda bisa lebih sukses apabila Anda tidak jatuh cinta pada ide Anda.” Ini menghasilkan rasa yang beraneka ragam, bahkan rasa yang sedikit aneh, ada yang dengan gula ataupun tanpa gula. Mereka juga memproduksi jus organik, minuman berenergi botol, dan permen.
3. Tanpa iklan TV
Meskipun Soda Jones tidak mempunyai budget iklan TV seperti pada industri ini biasanya tetapi Van Stolk menggunakan cara lain yaitu dengan menggunakan iklan dalam banyak media. Target konsumennya sulit untuk dicari dengan menggunakan media masa konvensional maka mereka lebih banyak menggunakan komputer.
Marketing Soda Jones juga lebih fokus pada  sponsorship, oleh karena itu mereka membangun kepercayaan merk mereka pada generasi muda yang sinis dengan media massa konvensional dan mulai beralih mencari media lain yang sesuai dengan umur mereka.
Soda Jones merupakan perusahaan pertama yang menjadi sponsor olahraga alternatif, snowboard, skateboard dan sepeda BMX dan juga sekarang mereka juga sudah mensponsori ballerina, kontestan kompetisi spelling bee (lomba berbicara untuk balita) dan penyanyi lagu rohani yang berumur 10 tahun. Selain ketiga kegiatan diatas yang mengundang banyak konsumen, Soda Jones juga membawa dan  membagikan banyak sampel ke event olahraga, konser, dan pameran wilayah.
4. Budget promosi yang rendah
Jones menarik fans mereka dengan hadiah barang gratis, yang hanya memakan sedikit biaya apabila konsumen mereka mendownload. “Saya harus tetap membuatnya mudah dan murah,” Von Rosen, co founder Soda Jones menambahkan “Kapanpun saya bisa memberikan hadiah secara elektronik dan bisa diunduh oleh para fans, dengan uang yang sedikit tetapi memberikan dampak yang begitu besar, Saya bisa membuat 5000 orang senang hanya dengan biaya bekerja beberapa jam orang biasa.”
5. Strategi Distribusi Alternatif
Cara distribusi Soda Jones dimulai dari apa yang kita sebut strategi distribusi alternatif. Soda Jones menaruh sendiri pendingin mereka, memberikan ciri khas pada pendinginnya di tempat – tempat yang sangat unik seperti toko skate,surf, dan snowboarding,salon, toko tato dan distro baju dan toko baju retail serta toko musik. Sesuai dengan ekesekusinya dengan strategi distribusi alternatif, Jones mulai memasukkan produknya ke jalan dengan menaruh produk mereka di tempat santai dan tempat makan. Akhirnya, perusahaan mulai memperluas rantai distribusi dengan , menaruh minuman mereka di Starbucks, Panera Bread, Barnes & Noble, Safeway, Target, Cost Plus, Meijers, Win-Dixies, Albertson’s, dan 7-Eleven.
6. Lifestyle cult
Soda Jones selalu berkaitan mengenai orang dan interaksi di dalamnya dengan para konsumen. Mulai dari penggunaan foto dari label mereka hingga situs perusahaan mereka, www.jonessoda.com dan www.myjones.com, dan situs musik MyJones Independent Music, www.myjonesmusic.com, Soda Jones sudah membangun pengikut yang mengikuti mereka dan tidak hanya berhubungan dengan soda tetapi denga karyawan, direktur, dan pemegang saham.
7. Strategi Marketing Unik
Soda Jones juga menggabungkan strategi unik dalam strategi mereka. Jones Pro Riders dan Jones Emerging Riders, termasuk atlit profesional BMX Mat Hoffman, atlit snowboarding Chanelle Sladics, dan legenda selancar Benji Weatherly mempromosikan Soda Jones dan Soda Jones juga mensponsori acara olahraga ekstrem di banyak negara. Soda Jones dikenal mulai dari pantai timur hingga pantai barat dan dipromosikan hingga ke jalan – jalan di Amerika Utara.

sumber: http://startupbisnis.com/studi-kasus-marketing-soda-jones-low-budget-high-impact/

Sejarah dan 3 Kunci Sukses Pendiri Twitter



One of the biggest lessons time after time was to focus. Do fewer things.” -Evan Williams-
As an entrepreneur you should be the best at what you do, even if it’s only in a very limited area – Jack Dorsey -
I invest in stubborn entrepreneur who chase huge opportunities and hopefully several of them turn out to be right – Mike Maples, Investor awal Twitter -

Editor’s Note: Twitter adalah sebuah fenomena yang merubah culture manusia. Mari kita pelajari apa saja yang ada di pikiran trio foundernya (Jack, EV, Biz) saat mereka mendirikan Twitter. Bagaimana caranya produk Twitter bisa masuk ke mainstream ? Apa kata investor awal Twitter tentang EV ?Bagaimana filosofi mereka dalam menjalankan bisnis ? Kenapa ada yang bilang bahwa Twitter itu terlalu niche ?

Hari ini kita akan melihat lebih dekat bagaimana tiga orang yang rendah hati ini mulai menjadi entrepreneur dan membuat salah satu social media terbesar di dunia. Artikel ini berisi cerita pendiri Twitter Jack DorseyBiz Stone, dan Evan Williams dan 3 kunci sukses yang bisa Anda pelajari dari kesuksesan mereka.
Jack Dorsey (lahir 19 November 1976) Christopher “Biz” Stone (lahir 10 Maret 1974) dan Evan Williams (lahir 31 Maret 1972) mempunyai jalan karir yang berbeda sebelum mereka bertemu dan membuat salah satu situs sosial media terbesar di dunia Twitter. Pada tahun 2000, Dorsey memulai sebuah perusahaan online pengiriman kurir, taxi, dan pekerja darurat. Pekerjaan ini memunculkan ide untuk membuat komunikasi status secara real time.
Jiwa entrepreneur Stone sudah muncul sejak usia muda, ketika dia mendirikan sebuah tim lacrosse di SMA dan mengkoordinasikan pertandingan dengan senior setelah sekolah membatalkan pertandingan itu. Pada tahun 1999, seorang teman Stone mempresentasikan sebuah ide untuk membuat sebuah perusahaan Xanga.com yang akhirnya mereka buat bersama. Namun kurang dari satu tahun, Stone frustasi dengan arah perusahaan Xanga dan dia pindah ke Los Angeles. Di sana dia bekerja di stasiun televisi sebentar dan menulis sebuah buku dari blog pribadinya.
Williams tumbuh di daerah pertanian, tempat yang jauh dari gaya hidup teknologi tinggi yang sekarang dia jalani di mana dia menghabiskan musim panas untuk mengairi sawah. Dia mulai bekerja dari sawah milik keluarga hingga bekerja di beberapa perusahaan IT baru di Texas, tetapi akhirnya dia pindah ke Sonoma County California untuk bekerja di perusahaan publisher teknologi O’Reilly Media.
Ketiga orang ini bertemu pada saat semuanya berada di persimpangan jalan dari hidup mereka dan ternyata pada saat itulah mereka bertiga yang mempunyai pengalaman berbeda sebagai entrepreneur mulai membuat sejarah dengan Twitter. Wiliams adalah founder Blogger.com yang sukses dan dijual ke Google.


Setelah menjual Blogger, Evan Williams memulai “Odeo” sebuah perusahaan podcast, Evan mengajak temannya, ex-Googler, Biz Stone untuk join. Ketika Apple me-launch iTunes podcasting, Odeo menjadi tidak relevan di market, di saat bersamaan, tim mereka berpikir :
Kami membangunnya, melakukan banyak sekali testing untuk Odeo, tetapi kami sendiri tidak pernah menggunakannya
Di bawah ini adalah situasi dari meeting tim Odeo pada Februari 2006 yang mendiskusikan arah perusahaan, mereka menyebutnya “standing room only.”
“Standing room only. Odeo meets every morning to coordinate our deal. To keep things short, we stand up the whole time. This picture was taken in the middle of our reinvention and creation of Twitter” diambil dari http://www.flickr.com/photos/dominic/103216258/ (22 Februari 2006)
Evan Williams memutuskan bahwa masa depan Odeo bukan pada podcasting, tak lama kemudian dia meminta seluruh timnya untuk memberikan ide bagi masa depan Odeo. Mereka mulai mengadakan official Hackaton, di mana karyawan bisa menghabiskan waktu sepanjang hari untuk mengerjakan project dan mereka membaginya menjadi beberapa tim.


Sumber: http://startupbisnis.com/rahasia-sukses-bisnis-online-sejarah-dan-3-kunci-sukses-pendiri-twitter/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter